Senin, 04 Mei 2015

filsafat pendidikan tentang realisme



FILSAFAT PENDIDIKAN REALISME


Disusun Oleh :
ALFIAN NURUL RATRI
20130720095





PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2013/2014

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Filsafat pendidikan ini yang berjudul “Filsafat Realisme”. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW dan semoga kita menjadi pengikutnya yang setia dan mengikuti sunnahnya sampai ajal menjemput kita.
Penulis ucapkan terima kasih tak terhingga kepada Drs. Muh Azhar, M. Ag. selaku dosen mata kuliah “Filsafat Pendidikan” yang selama ini memberi kontribusi besar kepada kami, mahasiswa jurusan “Pendidikan Agama Islam”, dalam memahami mata kuliah “Filsafat Pendidikan”.
Kami menyadari, masihbanyakkekurangandalampenulisanmakalahini. Untukitu,kritikdan saran yang membangunsangat kami harapkan dalam upaya menjadikan penulisan makalah ini menjadi lebih baik.
           
Yogyakarta, 30 Oktober 2013

                                                                                           Penulis








DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1.      LatarBelakang............................................................................................... 1
2.      RumusanMasalah........................................................................................... 1
3.      TujuanPenulisan............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2
1.      ArtiRealisme.................................................................................................. 2
2.      BentukRealisme............................................................................................. 2
3.      RealismeDalamPendidikan............................................................................ 3
BAB III KESIMPULAN................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 7
















BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan. Pendidikan tidak dapat dipahami seluruhnya, tanpa memahami tujuan akhir, yang bersumber kepada tujuan serta pandangan hidup manusia. Konsep tentang dunia pandangan dan tujuan hidup, akan menjadi landasan dalam menyusun tujuan pendidikan.
Pendekatan mengenai apa dan bagaimana filsafat pendidikan, dapat dilakukan melalui beberapa sudut pandang. Sudut pandang pertama mengatakan bahwa filsafat pendidikan dapat tersusun karena adanya hubungan linier antara filsafat dan pendidikan. Ada tiga pandangan tentang sifat dan kemandirian dunia materiil dan orang yang ingin mengetahuinya yaitu realisme, dualisme, dan idealisme. Yang akan dibahas dalam makalah ini adalah pandangan realisme.

2.      Rumusan Masalah
a.       Apakah Pegertian Realisme itu ?
b.      Apa saja bentuk realisme ?
c.       Bagaimana filsafat pendidikan dalam pandangan realisme?
3.      Tujuan Penulisan
a.       Untuk mengetahui hakikat filsafat pendidikan realisme
b.      Menambah pengetahuan kita tentang filsafat realisme
c.       Mengetahui filsafat pendidikan dalam pandangan realisme






BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Realisme
Istilah realisme berasal dari Bahasa Latin ”realis” yang berarti ”sungguh-sungguh, nyata benar”. Realisme adalah filsafat yang menganggap bahwa terdapat satu dunia eksternal nyata yang dapat dikenali. Padadasarnyarealismemerupakanfilsafat yang memandangrealitassecaradualitas. Realismeberbedadenganmaterialismedan idealisme yang bersifatmonitis.
Realismeberpendapatbahwahakikatrealitasadalahterdiriatasduniafisikdanduniarohani.Realismemembagirealitasmenjadiduabagian, yaitusubjekyang menyadari dan mengetahui disatu pihak dan dipihak lainnya adalah adanya realita diluar manusia yang dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia.(UyohSadulloh : 2007 : 103)
Sebagai aliran filsafat, realisme berpendirian bahwa yang ada yang ditangkap pancaindra dan yang konsepnya ada dalam budi itu memang nyata ada. Contoh : Batu yang tersandung di jalan yang baru dialami memang ada. Bunga mawar yang bau harumnya merangsang hidung sungguh-sungguh nyata ada bertengger pada ranting pohonnya di taman bunga. Kucing yang dilihat mencuri lauk di atas meja makan betul-betul ada dan hidup dalam rumah keluarga itu.Jadi, yang ada dan dialami oleh pancaindra dan dimengerti oleh budi itu tak dapat diragukan memang ada.
2.      Bentuk Realisme
Ada setidaknya dua bentuk realisme yang jelas dan berarti yang memerlukan perhatian individu, yaitu realisme ekstrem/primitif dan realisme akal sehat.
a.       Realisme ekstrem/primitif.
Cara paling alamiah dan sederhana untuk menginterprestasikan hubungan antara subyek dan obyek adalah dengan memahami setiap obyek yang dialami sebagai tidak dipengaruhi pengamat manapun. Penganut realisme akan mengatakan bahwa sebagaimana kaki Anda dapat berada di bawah meja dan keberadaannya tidak tergantung pada hubungan antara meja dan kaki, begitu juga obyek apapun dapat Anda (sebagai subyek) ketahui tanpa dipengaruhi oleh Anda. Pendapat ini adalah pandangan yang tanpa dipikir dari orang biasa di jalanan. Umumnya orang mulai mempertanyakan pendapat ini hanya sesudah orang mengenal beberapa masalah filosofis.


Realisme ekstrem, yang berpendapat bahwa abstraksi itu ada sebagai entitas riil dalam dimensi lain realitas dan bahwa konkret yang kita persepsi hanyalah merupakan cerminan yang tidak sempurna, namun konkret tersebut menyebabkan timbulnya abstraksi dalam pikiran kita. Mazhab realisme ekstrem, pada hakikatnya, berusaha untuk memelihara keunggulan eksistensi (realitas) dengan melepaskan kesadaran yaitu dengan memasukan konsep ke dalam yang ada konkret dan mereduksi kesadaran pada tingkat perseptual, yaitu pada fungsi otomatis pemahaman persep (dengan sarana adikodrati, karena persep seperti itu tidak ada).
Kelemahan realisme ekstrem adalah ada pengalaman universal kekeliruan menilai persepsi; tidak ada penjelasan mengenai objek khayalan/halusinasi; semua persepsi tergantung konteks visual.

b.      Realisme Akal Sehat.
Pada awalnya, realisme akal sehat tampaknya memperlunak masalah-masalah realisme ekstrem, tetapi menghindari kepalsuan yang segera dirasakan orang dengan adanya dualisme dan idealisme. Realisme akal sehat sepakat dengan realisme ekstrem atau primitif bahwa obyek-obyek fisik tidak bergantung pada pikiran atau berada di luar pikiran, walaupun obyek-obyek itu secara langsung dan seketika dapat diobservasi oleh pikiran. Hal yang membedakan dua pandangan ini adalah pemahaman realisme akal sehat tentang obyek yang tidak nyata, yang khayalan atau yang merupakan halusinasi. Persepsi semacam ini bersifat subyektif, dan obyek-obyeknya seluruhnya terdapat di dalam pikiran.
Realisme akal sehat memiliki kelebihan dalam mengatasi kritik kedua yang diajukan terhadap realisme ekstrem atau primitif. Menurut realisme akal sehat, obyek yang khalayan tidak berdiri sendiri dan berada di luar pikiran, tetapi dalam beberapa hal merupakan produk pikiran.
3.      Filsafat Pendidikan dalam Realisme

A.       Dasar Pemikiran Pendidikan Realisme
Berdasarkan aliran realisme, maka tujuan pendidikan akan dirumuskan sebagai upaya pengembangan potensi-potensi yang ada dan dimiliki oleh peserta didik untuk menjadi seoptimal mungkin.

Menurut Realisme, yang dimaksud dengan hakikat kenyataan itu berada pada ”hal” atau ”benda”. Jadi, bukan sesuatu yang terlepas atau dilepaskan dari pemiliknya. Oleh karena itu, wajar bila yang menjadi perhatian pertama dalam pendidikan adalah apa yang ada pada peserta didik.
B.     Prinsip-Prinsip Pendidikan Realisme
Para pengikut realisme ada kesepakatan tentang prinsip dasar yang berhubungan dengan pendidikan. Beberapa prinsip dasar pendidikan realisme adalah sebagai berikut :
1.      Belajar pada dasarnya mengutamakan perhatian pada peserta didik seperti apa adanya.
    1. Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan pada anak.
    2. Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek materi yang telah ditentukan. Kurikulum diorganisasikan dan direncanakan dengan pasti oleh guru. Secara luas lingkungan materiil dan sosial, manusia yang menentukan bagaimana seharusnya ia hidup.
Tinjauan mengenai filsafat pendidikan realisme menurut aspek ontologi menunjukkan bahwa pendidikan itu seyogyanya mengutamakan perhatian pada peserta didik seperti apa adanya, artinya utuh tanpa tereduksi. Jadi, peserta didik adalah individu yang perlu menjadi sasaran untuk dipelajari apa adanya. Dalam hubungan ini adanya ilmu-ilmu bantu yang termasuk ke dalam lingkungan sosiologi, budaya, dan sebagainya, perlu mendapat perhatian sebagai landasan pendidikan. Selanjutnya masih perlu diadakan pengujian dengan menggunakan ilmu-ilmu bantu tersebut.
Pembahasan dapat diteruskan dengan mengetengahkan epistemologi menurut filsafat pendidikan realisme. Pengetahuan, menurut realisme adalah hasil yang dicapai oleh proses dimana subjek dan objek mengadakan pendekatan. Dengan demikian hasilnya adalah perpaduan antara pengamatan, pemikiran, dan kesimpulan dari kemampuan manusia dalam ”menyerap” objeknya.




Oleh karena itu, epistemologi dalam filsafat pendidikan realisme adalah proses dan produk dari seberapa jauh pendidikan dapat mempelajari secara ilmiah empirik mengenai peserta didiknya. Hasil-hasilnya akan digunakan sebagai dasar untuk menyelenggarakan pendidikan.
Dalam hal aksiologi pendidikan, faktor peserta didik perlu dipandang sebagai agen yang ikut menentukan hakikat nilai. Misalnya, bila pendidik memperkenalkan tentang sesuatu yang baik atau buruk maka persepsi dan apersepsi yang timbul pada peserta didik perlu dicatat untuk digunakan sebagai dasar penyelenggaraan proses pendidikan. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pendidikan itu pada hakikatnya berlangsung secara alami.























BAB III
KESIMPULAN


Realisme menetapkan bahwa kita langsung berhubungan dengan suatu dunia yang berada di luar, bersifat materiil, dan mandiri. Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia.
Teori realisme mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan menurut relisme adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat). Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam akal adalah kopi dari yang asli yang ada di luar akal. Hal ini tidak ubahnya seperti gambaran yang terdapat dalam foto. Dengan demikian, realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan.
Ajaran realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara, ada hal-hal yang hanya terdapat di dalam dan tentang dirinya sendiri, serta yang hakikatnya tidak terpengaruh oleh seseorang. Contohnya, fakta menunjukkan, suatu meja tetap sebagaimana adanya, kendati tidak ada orang di dalam ruangan itu yang menangkapnya. Jadi meja itu tidak tergantung kepada gagasan kita mengenainya, tetapi tergantung pada meja tersebut.









DAFTAR PUSTAKA

Ayn, Rand. 2003. Pengantar Epistemologi Objektif.Yogyakarta: Bentang Budaya.
Bakhtiar ,Amsal. 1997. Filsafat Agama. Jakarta: Logos.
Barnadib, Imam. 2002, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Hardjana, A. Mangun,1997.Isme-Isme dalam Etika A-Z. Yogyakarta : Kanisius.
Norman L. Geisler dan Paul D. Feinberg.2002.Filsafat Dari Perspektif Kristiani.
            Malang : Gandum Mas.
Sadullah, Uyoh. 2007. PengantarFilsafatPendidikan. Bandung :Alfabeta.

http://koreakinayahfaqot.blogspot.com/2012/07/makalah-filsafat-pendidikan-realisme_4702.html









Tidak ada komentar:

Posting Komentar